Bunga langka Rafflesia arnoldii di Hutan Lindung Bukit Daun Register V, Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, diperkirakan mekar sempurna pada Minggu (25/3/2012)
Apa itu Rafflesia arnoldii?
Rafflesia arnoldii merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia patma.
Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Persentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.
Rafflesia akan mekar sempurna pada Minggu (25/3/2012)
Menurut Koordinator Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu Sofian Ramadhan di Bengkulu (Jumat 23/3/2012) memperkirakan diameter bunga Rafflesia yang akan mekar sekitar 70 sentimeter, yang di perkirakan akan terjadi pada pada Minggu (25/3/2012)
Bunga tersebut di temukan oleh koordinator Kelompok Peduli Puspa Langka Tebat Monok, Holidin, yang berada sekitar 250 meter dari jalan raya Bengkulu-Kepahiang. Hutan Lindung Bukit Daun Tebat Monok Kepahiang merupakan salah satu habitat bunga rafflesia dan saat ini ditemukan puluhan bongkol bunga yang merupakan cikal bakal bunga Rafflesia arnoldii yang akan mekar.
Menurut pantauan Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, pada 2011 sebanyak 16 bunga Rafflesia mekar di lokasi ini.
Habitat Rafflesia Terancam Rusak, Lets Save Our Earth
Habitat bunga rafflesia di Hutan Lindung Bukit Daun sangat layak diusulkan sebagai situs warisan alam dan panorama yang diakui dunia, karena rafflesia adalah bunga terbesar di dunia," katanya di Bengkulu, Rabu.
Sejarah penemuan bunga rafflesia juga terjadi di hutan hujan tropis wilayah Bengkulu oleh Thomas Stamford Raffles dan Dr Joseps Arnold pada 1818. rafflesia memiliki 25 spesies rafflesia, jenis Rafflesia arnoldi adalah bunga dengan diameter paling lebar mencapai 100 cm, dan beratnya hingga 10 kilogram.
Pemerintah Indonesia katasudah mengusulkan beberapa situs warisan alam untuk didaftarkan ke badan PBB UNESCO antara lain Taman Nasional Betung Kerihun di Kalimantan Barat, Taman Nasional Bunaken, Raja Ampat dan Taman Nasional Taka Bonerate.
Rafflesia sebagai warisan alam yang perlu dilestarikan juga menjadi salah satu topik dalam seminar "Heritage Internasional" yang digelar Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di Kota Bengkulu akhir pekan lalu.
Peneliti rafflesia dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Dr Agus Susatya yang menjadi narasumber dalam seminar itu mengatakan rafflesia sangat pantas dijadikan sebagai warisan dunia. Sejarah Bengkulu sebagai tempat penemuan pertama rafflesia sangat mendukung itu sekaligus untuk melestarikan habitatnya di hutan hujan tropis.
Ia mengatakan bahwa di Provinsi Bengkulu hingga saat ini masih dapat ditemui empat jenis flora rafflesia, namun kondisinya terancam dengan aktivitas perambah hutan.
( rafflesia hasselti )
( rafflesia bengkuluensis )
( rafflesia gadutensis )
Empat jenis rafflesia yang hidup di hutan Bengkulu tersebut yakni jenis arnoldi, gadutensis, hasselti dan bengkuluensis. Keempat jenis raflesia ini masih bisa ditemui di hutan Bengkulu, otomatis kelestariannya sangat tergantung dengan perlindungan terhadap kawasan hutan Bengkulu yang terancam alih fungsi, tetapi dalam lima tahun terakhir, flora langka tersebut semakin sulit ditemui di hutan Bengkulu dan Sumatera akibat habitat dan inangnya makin sulit didapat. raflesia yang mekar di dalam kawasan hutan semakin sulit ditemui seiring maraknya aksi penebangan liar dan perambah hutan menjadi perkebunan secara liar.
Hutan Lindung Bukit Daun di Kabupaten Kepahiang menjadi habitat yang paling sering ditemui rafflesia mekar, namun terancam perambah liar
Sumber : http://duniaandromedaku.blogspot.com/2012/03/rafresi-arnoldi-mekar-sempurna-minggu.html#ixzz1q7k3eAJO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar