Pampers bayi sudah banyak sekali megalami perkembangan. Perangkat yang
satu ini berfungsi untuk menampung urin bayi. Dalam bentuk tradisional,
pampers yang dikenal saat ini tak ubahnya popok bayi. Dalam bahasa
Inggris, perangkat ini disebut dengan istilah diaper atau dalam bentuk
jamak menjadi diapers.
Asal mulanya, popok bayi terbuat dari bahan
yang bisa digunakan kembali, atau dipakai ulang setelah dibersihkan.
Kemudian pada tahun 1947 seorang bernama Vic Mills menemukan popok yang
sekali pakai langsung buang. Popok ini awalnya tetap disebut diapers,
tapi kemudian diberi nama pampers. Istilah popok atau diapers, atau
pampers sudah disebut dalam salah satu naskah penyair terkenal William
Shakespeare.
Situs baby-diapers.com menuliskan bahwa
istilah itu tertulis dalam karya Shakespeare yang berjudul ‘The Taming
of the Shrew’. Di situ terdapat kalimat, "Another bear the ewer, the
third a diaper.” Tentu saja, kata diapers yang dimaksud dalam naskah
tersebut adalah popok biasa, karena saat itu belum dikenal popok sekali
pakai atau sekarang dikenal pampers.
Istilah pampers sendiri baru mulai dikenal
di awal tahun 1960-an. Tepatnya pada tahun 1961, popok sekali pakai
diluncurkan dengan merek dagang Pampers. Dari situlah kemudian popok
sekali pakai lebih banyak dikenal dengan sebutan pampers. Sebelumnya,
pada tahun 1948 Johnson & Johnson memperkenalkan untuk pertama
kalinya popok sekali pakai di Amerika Serikat (AS).
Perangkat tersebut terbuat dari bahan
selulosa. Awalnya, pampers dibuat tanpa dilengkapi bahan perekat,
sehingga merepotkan pemakainya. Harganya pun masih sangat mahal, maklum
masih tergolong produk dengan inovasi baru. Biarpun terasa merepotkan,
penggunaan pampers saat itu sudah mulai menjadi gaya hidup kaum ibu.
Produk ini mengalami masa keemasan setelah
tahun 1970-an terjadi ledakan angka kelahiran di berbagai negara,
termasuk Amerika. Selama tahun 1970, penggunaan pampers bayi di AS
mencapai 350 ribu ton. Angka ini identik dengan sekitar 0,3 persen dari
total volume sampah yang dibuang di AS. Sepuluh tahun kemudian, menurut
situs motherjones.com. volumenya naik menjadi 1,93 juta ton atau setara
dengan 1,4 volume sampah.
Seiring dengan kebutuhan pasar yang makin
meningkat, pampers bayi pun terus dikembangkan. Di tahun 1970-an pula
pampers bayi mulai dilengkapi dengan alat perekat sehingga tidak
merepotkan penggunanya. Bahan baku yang digunakan untuk membuatnya pun
semakin disempurnakan hingga bekerja maksimal.
Di tahun 1981-an, pampers kemudian juga
dibuat lebih elastic dan berdaya serap tinggi. Inovasi ini menjadikan
volume pampers yang dibuang menurun tajam. Pada tahun itu, volume sampah
pampers yang terbuang turun hingga 50 persen. Namun demikian, semua
pampers bekas yang dibuang saat itu belum bisa hancur seperti sampah
plastic. Baru mulai Maret 2000, muncul pampers yang mudah terurai saat
dibuang sebagai sampah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar