Pelangi buat anak kecil adalah hiasan langit yang
sangat menawan. Pelangi yang berwarna-warni juga menjadi judul lagu di
banyak negara, termasuk Indonesia. Fenomena pelangi sudah tercipta sejak
alam ini ada. Munculnya tidak menentu, namun bisa diperkirakan dan
dipetakan posisinya. Benda-benda langit yang menjadi prasarat hadirnya
pelangi pun bisa dirinci.
Asal mulanya, pelangi tidak bisa
didefinisikan secara jelas. Sebagian orang di masa lalu menganggap bahwa
pelangi itu berbentuk nyata dan berada di tempat tertentu. Sebagian
lain bahkan mengaitkan munculnya pelangi dengan tanda bakal terjadinya
peristiwa tertentu. Pihak yang optimis menafsirkannya sebagai pertanda
baik, dan yang pesimis menganggapnya sebagai pertanda buruk.
Secara ilmiah, pelangi baru mulai
didefinisikan pada masa kehidupan Aristoteles. Dialah orang yang pertama
kali menjelaskan secara ilmiah fenomena pelangi. Menurut situs
datalyse.dk, di masa hidupnya (384-322 tahun sebelum masehi) Aristoteles
menyebutkan bahwa pelangi adalah refleksi cahaya matahari yang
dipantulkan awan.
Saat itu, Aristoteles sudah menyebutkan
bahwa untuk melahirkan pelangi, pantulan cahaya matahari ini memerlukan
sudut tertentu. Dia juga mengungkapkan bahwa pelangi sebenarnya tidaklah
berada di tempat tertentu, tapi hanya bisa diketahui posisi sudutnya di
langit.
Definisi pelangi Aristoteles ini kemudian
disempurnakan oleh Alexander dari Aphrodisias. Pada tahun 200 masehi,
dia menemukan perbedaan warna langit yang di dalam lengkung pelangi, dan
di luar lengkung pelangi. Menurut dia, langit di dalam lengkung lebih
gelap dibanding yang di luar lengkung. Wilayah langit yang gelap ini pun
kemudian dinamai Lingkaran Gelap Alexander.
Penjelasan soal pelangi pun disempurnakan
lagi oleh Roger Bacon pada tahun 1266. Dia sebutkan bahwa posisi pelangi
berada di sudut 42 derajat. Di tahun 1304 seorang pendeta dari Jerman,
Theodore Freiberg meyakini bahwa setiap hujan di awan punya pelangi
sendiri. Dia buktikan hipotesisnya ini dengan pantulan cahaya matahari
saat terjadi pelangi di botol melingkar.
Di tahun 1666, ahli fisika Newton membuat
definisi tentang pelangi menjadi lebih lengkap. Dia pahami perbedaan
warna pelangi terjadi karena perbedaan panjang gelombang cahaya matahari
yang dipantulkan oleh awan. Dia juga berhasil menemukan ukuran
ketebalan pelangi, yakni 2 derajat 15 menit.
Dalam perkembangan selanjutnya, beberapa
ilmuwan kemudian menyebut soal angka busur pelangi. Konsep ini tidak
bisa dijelaskan oleh temuan Newton. Pada tahun 1803 Thomas Young
menunjukkan bahwa gelombang yang berasal dari dua sumber gelombang
menghasilkan perbedaan terang dan gelap di sekitar pelangi.
Penelitian maupun penjelasan soal pelangi
pun terus berkembang. Pada tahun 1815, David Brewster mengungkapkan
bahwa pantulan cahaya matahari yang menghasilan pelangi itu sepenuhnya
terpolarisasi. Karena itu, warna pelangi bisa tetap terlihat dengan
sepasang kaca mata yang lensanya polaroid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar