Teknik memindahkan organ juga sudah canggih, untuk transplantasi ginjal
proses pengambilan organ dari donor hanya dengan teknik laparaskopi,
sehingga luka operasi sangat minimal bagi pemberi organ tersebut
(donor). Teknik pengambilan organ ginjal dengan cara laparaskopi ini
sudah dikembangkan di RSCM.
Di sisi lain, permasalahan muncul adalah mencari donor yang akan
memberikan organ untuk penerima (resipien). Di Amerika, berdasarkan data
United Network for Organ Sharing (UNOS), hampir 84.000 kasus menunggu
organ donor. Di Indonesia, kasus yang akan melakukan transplantasi organ
pasti banyak, antara lain penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir
atau kegagalan fungsi hati (sirosis hati lanjut atau kanker hati) yang
merupakan indikasi untuk menjalani transplantasi organ. Di Amerika,
permasalahan muncul pada organ donor mengingat daftar tunggu yang
panjang untuk menerima transplantasi organ tersebut.
Melihat kondisi tersebut, jelas bahwa saat ini kebutuhan akan donor yang
bersedia organnya didonorkan cukup tinggi . Hal ini terjadi bukan saja
di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Oleh karena itu, kondisi ini
menjadi celah bagi proses jual beli organ. Isu jual beli organ merupakan
isu penting terutama di negara-negara dengan penduduk besar antara lain
Cina, India dan AS. Pemerintah Cina pun telah melarang semua rumah
sakit memberikan organnya bagi warga negara asing, mengingat kebutuhan
organ untuk negaranya sendiri masih cukup tinggi.
Bagi Indonesia, yang merupakan salah satu negara yang berkontribusi
besar menyumbang penduduk dunia, masalah ini pun muncul. Iklan-iklan
orang yang berkeinginan untuk menjual organ tubuhnya juga sudah mulai
ada di berbagai media kita. Saya sebagai seorang dokter penyakit dalam
pun pernah beberapa kali oleh dihubungi oleh orang yang berkeinginan
menjual organ tubuh karena tekanan ekonomi. Padahal, Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan bahwa jual beli organ melanggar hak asasi
manusia.
Secara umum, kelompok masyarakat yang menjadi sasaran empuk para agen
pencari organ tubuh adalah kalangan miskin dan tenaga kerja murah
seperti pembantu rumah tangga atau pekerja perkebunan.
Transaksi proses perpindahan organ dapat berlangsung dalam kondisi
disadari atau tanpa disadari. Disadari jika si donor dengan kesadaran
penuh ingin menjual organnya karena alasan ekonomi. Permasalahan muncul
jika dalam proses itu terjadi pemaksaaan atau dibuat sedemikian rupa
sehingga orang yang mendonor tidak bisa menolak organnya didonorkan.
Proses yang kedua adalah proses pengambilan organ tidak diketahui.
Misalnya, dalam suatu proses operasi, organ yang sehat dari pasien
diambil. Atau, korban diculik dan dipaksa untuk melalui proses operasi
di mana organnya diambil.
Skrining donor
Sebenarnya, proses pemberian organ dari donor harus melalui proses yang
panjang. Karena proses tukar menukar organ tersebut bukan suatu proses
seperti kita melakukan penggantian onderdil mobil. Dalam proses tukar
menukar onderdil mobil, jelas bahwa barang yang akan dipasang umumnya
adalah barang yang baru. Tetapi dalam proses transplantasi organ, organ
yang akan didonorkan adalah organ dari seseorang yang telah menggunakan
organ tersebut sekian lama.
Oleh karena itu, jelas bahwa ada proses skrining yang ketat untuk
mendapatkan informasi bahwa organ tersebut memang sehat dari donor yang
memang sehat. Berbagai pemeriksaan darah harus dilakukan. Proses
pemeriksaan juga meliputi apakah si donor tidak mempunyai penyakit
kronis atau pembawa infeksi kronis misal virus hepatitis atau HIV.
Setelah dipastikan bahwa kondisi kesehatan donor tidak bermasalah
selanjutnya apakah kondisi darah donor cocok dengan penerima (resipien)
misal kecocokan gologan darah dan kecocokan jaringan (tissue type/HLA).
Jika tidak cocok jelas organ tersebut tidak dapat diberikan pada
golongan darah yang berbeda.
Proses operasi pengambilan organ juga harus dilakukan di tempat di mana
organ yang diambil tetap dalam keadaan fresh untuk segera
ditransplantasi ke resipien. Semakin cepat organ tersebut dipindahkan
akan sebagai baik untuk kesuksesan dari proses transplantasi tersebut.
Mengingat pentingnya skrining ini, rasanya menjadi tidak gampang proses
pengambilan organ dari seseorang.
Apalagi dugaan 3 pekerja kita yang ditembak dan organnya diambil di
Malaysia. Rasanya secara logika medis hal ini tidak mungkin terjadi.
Pada saat ditembak pasti akan terjadi perdarahan dan perdarahan ini akan
menyebabkan organ-organ akan mengalami kekurangan darah dan kondisi ini
juga akan membuat organ-organ akan menjadi rusak dan menyebabkan
viabilitas organ tersebut juga menjadi berkurang.
Berbeda dengan proses operasi yang juga akan terjadi perdarahan, pasien
dengan kondisi oksigen yang dipertahankan, kekurangan darah sudah
diantisipasi dengan proses transfusi darah. Olah karena itu, wajar kalau
akhirnya otopsi ulangan oleh pihak Polri di NTB tidak menemukan ada
organ yang hilang, sehingga dipastikan bahwa tidak ada latar belakang
proses jual beli organ dalam pembunuhan ketiga TKI di Malaysia.
Mudah-mudahan informasi ini menambah wawasan kita mengenai masalah seputar Transplantasi Organ.
Sumbar : kompas.com
Read more: http://konsultasisawit.blogspot.com/2012/05/jual-beli-organ-tubuh-manusia.html#ixzz1uHmrtUYv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar