Tuan Presiden,
Sesungguhnya saya si Fakir yang hina dina ini tak mau peduli dengan
apapun yang tuan lakukan. Tuan mau reshuffle kabinet hingga seratus kali
sekalipun tetap tak ada pengaruhnya terhadap saya. Atau, tuan mau
membiarkan para koruptor berkeliaran semau gue tetap saja tidak ada
pengaruhnya juga bagi saya. Bahkan, mungkin juga tak ada pengaruhnya
juga buat sekian ratus juta rakyat Indonesia.
Terlebih lagi sayapun tidak mau ambil peduli dengan segala macam hal-hal
yang berhubungan dengan tata cara tuan menyelenggarakan negara. Namun,
saya sebagai Warga Negara Indonesia sangat kecewa bahkan sangat jengkel
dan marah kepada tuan. Ketika tuan mengabaikan kepentingan dan harkat
hidup serta martabat anak-anak bangsa dalam hal;
Mendapatkan kesempatan mengenyam Pendidikan yang layak bagi anak-anak
petani, nelayan, buruh pabrik, dan anak-anak pemulung dlsbnya; Bagaimana
dengan kemiskinan yang masih merata?
Membiarkan sawah-sawah petani terbengkalai (banyak persoalan krusial
yang menyertai dalam kasus ini) termasuk juga membiarkan harga pupuk di
monopoli dan dikendalikan oleh pelaku kekuatan ekonomi borjuis kapital.
Yang inikah dimaksudkan oleh wakil tuan yang terhormat itu penyeragaman
neolib?
Membiarkan harga SEMBAKO melambung-lambung semau gue.
Membiarkan masuknya garam produk asing masuk ke negeri ini. Sungguh, ini
aneh tuan. Negeri yang dikelilingi oleh laut yang maha luas yang nota
bene sebagai ‘pabrik’ garam alamiah khoq malah mengimpor garam.
Membiarkan wilayah perbatasan (hak otoritas teritorial) bangsa ini dicaplok dengan cara yang culas oleh negeri tetangga.
Tuan Presiden,
Menurut guru IPS Sekolah Dasar saya bahwa negeri ini luas daratannya
1.922.570 km2 dan luas perairan lautnya mencapai 3.257.483 km2 (belum
termasuk perairan ZEE). Kata guru IPS saya lagi bahwa jika ditambahkan
dengan ZEE, maka total luas perairan negeri ini sekitar 7,9 juta km2 dan
atau 81% dari luas keseluruhan negeri ini.
Tuan, apakah artinya itu?
Ya artinya negeri kita ini adalah negeri maritim. Nah, jika negeri ini
adalah negeri maritim. Lantas, kenapa tuan sangat memrioritaskan
industri-industri wilayah daratan? Oke, katakanlah bahwa tuan sangat
peduli dengan pengembangan industri wilayah daratan (tambang, hutan,
pabrik, teknologi industri dlsbnya); lantas, kenapa negeri ini
ekonominya semakin terpuruk tuan? Berhentilah membiarkan
pengeksplotasian secara membabibuta potensi Sumber Daya Alam yang tak
terbaharukan di negeri ini.
Oke, saya lanjut lagi tuan. Jika memang tuan sangat peduli dengan
pengembangan dan pengolahan wilayah daratan. Lantas, kenapa tuan
terkesan keder dan tak mau ambil peduli ketika negeri tetangga yang
bernama si malaysia itu mencaplok tanah negeri ini yang didapatkan dari
hasil perjuangan dan aliran tetesan sekian juta liter darah anak bangsa?
Kenapa! Kenapa tuan?
Tuan Presiden,
Saya si Fakir yang hina dina ini sangat gelisah dengan sifat ambigumu
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberdayaan potensi sumber
daya alam. Sungguh, saya tidak habis fikir, apa yang sesungguhnya
terlintas dalam fikiran Anda tentang negeri ini Tuan? Sebagaimana kata
guru IPS saya. Tuan khan sudah sangat tahu bahwa negeri ini adalah
negeri maritim. Kenapa pula tuan tidak berdayakan secara optimal potensi
sumber daya kelautannya? Apakah yang tuan maksudkan memberdayakan
potensi sumber daya kelautan negeri ini adalah mengadakan event
pariwisata? Jika itu yang tuan maksudkan maka saya sebagai si fakir akan
berhenti pada TITIK NOL hanya untuk sekadar tertawa terbahak-bahak
sambil meringis perih. Jika memang benar seperti itu yang tuan
maksudkan.
Tuan, berhentilah memelihara dan membiarkan kaum borjuis kapitalisme
yang berlindung dibalik topeng neo-liberalisme menjajah negeri ini. Tuan
juga wajib dan harus menghentikan secara paksa para pelaku-pelaku
pemangsa uang rakyat yang bernama KORUPTOR pada sebuah lembaga peradilan
yang bersih dan berwibawa. Mereka ada diberbagai lingkaran kekuasaanmu
tuan. Kenapa tuan tidak mewaspadai hal ini?
Tuan, ada satu hal yang sangat berbahaya di negeri ini dan kelihatannya
tuan tidak mau ambil peduli. Yakni, ketika tuan tidak menyadari bahwa di
negeri ini telah lahir sekian banyak bayi-bayi Harimau, Ular Sanca
serta bayi-bayi Serigala dan kawan-kawannya. Atau, jangan-jangan tuan
memang sudah tahu keberadaan bayi-bayi liar itu? Jika tuan sudah tahu,
kenapa pula tuan membiarkan mereka melekat pada dinding-dinding istanamu
tuan? Apakah ini bagian dari desain besarmu dalam menyongsong 2014
tuan?
Tuan Presiden,
Saya sebagai si Fakir yang hina dina ini adalah Warga Negara yang
menanamkan dalam dada saya secara utuh Pancasila dan UUD’45.
menyampaikan kepadamu wahai Tuan Presiden;
“Sudahilah berbagai macam politisasi pencitraan sebagaimana yang sering
tuan lakukan selama ini. Negeri ini sangat membutuhkan tangan-tangan
yang bersih dan berwibawa dalam rangka membawa negeri ini kepanggung
Internasional untuk menjadi bangsa yang dihormati dan disegani
diberbagai lini dalam berbangsa dan bernegara. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh 2 orang pejantan negeri ini sebelumnya yakni; Bung KARNO
dan Pak HARTO!”
Tuan Presiden yang saya hormati. Dengan segala kerendahan hati seorang
Fakir, saya akhiri surat saya ini dengan satu pesan “Rahasia Hati” buat
Anda;
“Bersegera dirilah kembali kelaut sebelum matahari merasa menyesal terbit dari arah barat dan terbenam di ufuk timur”
Salam,
Dari seorang Fakir yang hina dina di Serambi Sentu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar