Dionysus adalah salah satu dewa Yunani
kuno yang tradisinya dipraktekkan di seluruh Yunani, disebut sebagai
Dewa Anggur yang dikenal Athena dan Thebes. Sementara dalam mitologi Yunani kuno juga menunjukkan bukti adanya Dewa Dionysus di Crete dan pulau-pulau lainnya. Tradisi pemujaan Dewa Dionysus dimulai pada periode Minoan, Mycenaean dan bertahan hingga di era Romawi. Hal ini ditelusuri dengan adanya sejarah Dewa Yunani yang
berasal dari budaya pra-Yunani dan mengaitkan tradisi Dionysus ke
beberapa pemujaan Nya sepanjang periode Yunani kuno, kemudian memeriksa
budaya yang akan memungkinkan pemujaan Nya dilanjutkan ke Helenistik
Yunani dan era Romawi.
Paling Berpengaruh Diantara Dewa Yunani Kuno
Melampus memperkenalkan Dionysus kedalam jajaran Dewa Yunani melalui nama, ibadah, dan ritual. Melampus mempelajari prosesi penganganan tanaman Mesir yang dilakukan Dewa Osiris, termasuk prosesi Phallic yang dikenal orang Yunani sebagai upacara ritual Dionysian.
Bukti menyatakan bahwa Dewa Dionysus dipuja sejak era Mycenaean,
jauh sebelum memasuki zaman Perunggu di Yunani. Dalam catatan sejarah
Mycenaean menunjukkan ibadah (pemujaan) Dionysus di Pylos sekitar tahun
1500-1100 SM. Bahkan ada kemungkinan ibadah Dewa Dionysus merupakan kelanjutan dari periode Minoan
sebelumnya (kuno). Sebuah candi, atau lebih tepat disebut kuil dengan
arsitektur bangunan abad ke 15 SM di Ayia Irini-Keos telah digunakan
secara terus menerus selama periode Yunani, prasasti menandai tempat
suci itu sebagai milik Dewa Dionysus.
Thucydides
mencatat sejarah sebelum Ionia bermigrasi ke Asia Minor di abad ke 10
SM. Dalam catatannya bahwa ritual Anthesteria dipraktekkan di Athena dan
Ionia. Semua imigran Ionia memiliki praktek sama berupa Festival
Dionysian yang dilakukan orang Athena, yang juga membuktikan asal mula
festival dilaksanakan. Terlepas dari sejarah panjang dan kepopuleran
dijajaran Dewa Yunani,
asal-usul nama Dionysus tidak diketahui. Sebagian besar kata belum
diuraikan meskipun diyakini berisi nama Zeus di dalamnya yang
mengindikasikan Dewa Dionysus sebagai anak Dewa Zeus. Tampaknya diambil
dari kata non Yunani, seperti misteri Bacchus, Semele (nama ibunya), dan
istilah keramat untuk tongkat suci dan pujian.
Mitologi Berbeda Dalam Sejarah Dewa Yunani Kuno
Dionysus, salah satu yang paling kuno diantara dewa Yunani,
dan awalnya bukan merupakan pemberian Osirus. Pandangan Herodotus dalam
catatan ‘The Histories’,mungkin berasal dari kenyataan bahwa selama
abad ke 7 SM, ibadah pemujaan Dewa Dionisius dipengaruhi oleh pemujaan
Osiris terutama terlihat pada penambahan prosesi kapal sebagai bagian
dari pemujaannya. Herodotus dan semua orang Yunani tampaknya tidak
menyadari kelangsungan ibadah pemujaan Dewa Dionysus, yang mungkin
memiliki implikasi tentang sejauh mana orang Yunani menyadari warisan
Mycenaean sebagai budaya mereka.
Buku Hesiod “Theogony/Works and Days” Tentang Salah Satu Dewa Yunani
Hesiod mengatakan bahwa Semele sebagai manusia yang fana melahirkan Dionysus “dalam keintiman bersama”
Zeus, ayahnya. Dionisius dilahirkan sepenuhnya abadi dan Semele berubah
menjadi Dewi. Hal ini bertentangan dengan mitologi selanjutnya yang
mengklaim bahwa Semele tidak bisa menahan kasih sayang Zeus dan akhirnya
mati. Zeus menyelamatkan janin dan membawanya, peristiwa ini terjadi di
Thebes. Mitos selanjutnya tentang kelahiran Dewa Dionysus, dilahirkan
oleh Dewi Persephone. Zeus yang juga sebagai ayahnya, menempatkan
Dionysus di atas takhta beberapa saat ketika masih kecil. Sejarah Dewa
Yunani kuno mengatakan, bahwa Dionysus tertarik dengan Titan yang
membunuh dan merobek-robek tubuhnya, kemudian Dionysus dilahirkan
kembali menjadi Dewa Yunani.
sumber: cutpen.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar