Siapa yang tak kenal sushi, ramen, tempura dan shabu – shabu? Makanan
Jepang ini memang populer di dunia. Namun, negeri sakura juga punya
koleksi kue-kue dan yang cantik dan legit. Tampilannya sangat menggoda,
apalagi rasanya!
Wagashi (和菓子, kue Jepang) adalah istilah bahasa Jepang untuk kue dan
permen tradisional Jepang. Istilah wagashi digunakan untuk membedakan
kue tradisional Jepang dengan kue dan permen dari Barat (Yōgashi) yang
diperkenalkan orang Eropa ke Jepang sejak zaman Meiji. Kue dari Tiongkok
yang diperkenalkan duta kaisar ke Dinasti Tang, dan kue yang disebut
Namban-gashi yang diperkenalkan misionaris dari Eropa juga digolongkan
ke dalam Wagashi.
Kue tradisional Jepang yang digolongkan ke dalam wagashi umumnya
adalah berjenis-jenis mochi, manjū, dango, dan buah kering. Wagashi
umumnya dibuat sebagai kue yang dihidangkan dalam upacara minum teh,
sehingga sebagian besar wagashi hanya memiliki satu rasa, yakni rasa
manis. Dalam upacara minum teh, wagashi yang dihidangkan tuan rumah
harus dihabiskan sebelum meminum teh yang mungkin terasa pahit atau
sepat.
Selain untuk dimakan, wagashi dituntut sebagai karya seni yang indah
dilihat. Keindahan bentuk dan warna wagashi sering jauh lebih penting
daripada rasanya. Selain itu, wagashi harus menggambarkan keindahan alam
empat musim di Jepang. Di musim panas, misalnya, bentuk dan warna
wagashi harus mencerminkan kesejukan bagi orang yang melihat. Wagashi
musim panas sedapat mungkin terlihat sejuk atau transparan, sehingga
sering memakai tepung Kuzu yang dibuat dari umbi Pueraria lobata.
Wagashi musiman hanya dapat dinikmati pada musim tertentu. Agar-agar
mizu yōkan misalnya, hanya tersedia pada musim panas, atau sakuramochi
yang dimakan pada musim semi.
Sejarah Wagashi
Sebagian besar wagashi dibuat dari bahan baku seperti beras, gandum,
kedelai, atau tepung yang dihasilkan dari bahan-bahan tersebut. Sebelum
gula pasir dikenal di Jepang, pembuatan wagashi hingga abad ke-19 masih
menggunakan gula yang tidak dimurnikan dan berwarna cokelat (brown
sugar). Sebelum adanya gula, wagashi hanya berupa buah kering yang
rasanya manis, misalnya buah kesemek kering. Setelah teknik pengolahan
serelia berkembang, orang Jepang mulai mengenal penganan dari beras yang
ditumbuk seperti mochi dan dango.
Duta kaisar Jepang yang dikirim ke Dinasti Tang membawa pulang kue
dari Tiongkok. Kue-kue tersebut dikenal di Jepang sebagai Karagashi (kue
Dinasti Tang). Kue-kue tersebut dibuat dari adonan tepung yang diulen
dengan air, dan digoreng di dalam minyak goreng. Setelah upacara minum
teh dikenal di Jepang, jenis kue wagashi semakin beragam dan teknik
pembuatan kue juga semakin berkembang. Misionaris dari Portugal ikut
memperkenalkan kue dari Barat seperti castella, bolu, dan permen
kompeito.
Pada zaman Edo, wagashi produksi Kyoto yang disebut Kyōgashi bersaing
dengan wagashi produksi Edo yang disebut Kamigashi. Persaingan di
antara keduanya memajukan seni pembuatan wagashi. Dalam hal bentuk dan
rasa, wagashi dari zaman Edo tidak jauh berbeda dari wagashi zaman
sekarang.
sumber: http://www.beritaunik.net/wisata/wagashi-camilan-khas-jepang-dengan-nilai-seni-tinggi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar